Oleh : Irfan Riswandi, S.Kom., M.Pd.*
Diantara orang tua wali santri ada yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren, karena anaknya susah diatur dirumah dan pesantrenlah menjadi inisiatif orang tua wali tersebut, begitu pula karena anaknya tidak berprestasi dalam akademik disekolah lamanya, maka dimasukkanlah kedalam pesantren, berbeda dengan saudara anak tersebut yang berprestasi di sekolah lamanya, maka dimasukkanlah anak tersebut di sekolah unggulan, diantaranya pula karena disekolah lamanya sering bolos dan melanggar akhirnya untuk memperbaiki akhlak anak tersebut, maka dimasukkanlah si anak di pesantren, atau karena anak tersebut tidak mampu lulus di sekolah unggulan, maka pesantrenlah inisiatif terakhir si anak untuk berlabuh, begitu pula karena kedua orang tuanya adalah orang tua karir dan mereka tidak mampu mengurusi anaknya maka pesantrenlah inisiatifnya agar ada yang menjaga si anak.
Maka janganlah kita heran jika seandainya kelak diantara para santri kelak kemudian ada diantara mereka yang mendirikan geng–geng di pondoknya, atau diantara para santri ada watak- watak manusia yang sering melanggar aturan pondok atau pun aturan syariah, bahkan tidak jarang diantara mereka tidak mampu memberi prestasi akademik yang baik di pondok pesantren tersebut.
Diantara semua fakta–fakta di pondok pesantren tadi, setidaknya tidak dapat dibungkiri lagi bahwa penyebab awalnya adalah dimasukkannya bibit-bibit tidak unggul dari sekolah lamanya yang mereka di masukkan ke pesantren bukan atas dasar keunggulan akademik akan tetapi, sebagai mana yang penulis sebut di awal tadi mereka masuk pondok pesantren atas latar belakang beberapa faktor.
Setidaknya mari kita belajar kepada si petani. Sebelum si petani menanam bibit–bibit padinya di sawah, maka si petani memilih dahulu bibit–bibit unggul, yang bijinya baik, besar, atau sekiranya memilih bibit–bibit yang sangat tepat untuk kembali di tanam. Setelah bibit tersebut dipilih dengan baik barulah kemudian dilakukan pembibitan kemudian ditanamlah di sawah tak lama kemudian dipupuklah dan dipeliharalah dengan baik dan tak lama kemudian dipanenlah padi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan menghasilkan hasil panen yang memuaskan karena di mulai dengan bibit yang unggul dan terpilih. Begitupula berbeda dengan petani yang memula persemaian padi yangdi mulai dengan bibit tidak unggul, maka mustahil akan melahirkan hasil panen yang memuaskan. Setidakknya para ummat ini, harus kembali memperbaiki niatnya dengan membawah benih benih dan bibit unggul sebelum memasaukkan anaknnya kepondok pesanntren. Sehingga lahir pula generasi ummat islam yang unggul pula dan tampil sebagai pewaris dakwah Nabi Muhammad SAW.
Membicarakan tentang pondok pesantren, semestinya kita mempunyai sudut pandang yang lebih positif. Pondok Pesantren harus dipandang sebagai alternatif pendidikan yang setara dengan pendidikan umum, dengan menekankan pada aspek pendidikan agama, dan terutama untuk membentuk akhlak yang lebih terjaga. Dan pesantren bukanlah bengkel ketok magic, Pesantren juga bukan tempat buangan, seandainya tidak diterima di sekolah negeri. Harus ada tujuan tertentu yang spesifik dari orang tua, sebelum memasukkan anaknya ke pesantren.
Pondok pesantren di pandang sebagai salah satu tempat yang tepat untuk mendidik akhlak para remaja. Bukan hanya memperbaiki akan tetapi juga untuk memperdalam ilmu agama khususnya agama islam.
Pondok pesantren dianggap mampu untuk membekali para alumninya dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh dengan kemaksiatan, sehingga pandangan orang tua modern zaman sekarang agak bergeser dengan pandangan orang-orang tua zaman dahulu. Jika dulu pesantren dianggap sebagai tempat menimbah dan memperdalam ilmu agama, sekarang pesantren dianggap sebagai bengkel dan penjara bagi anak-anaknya.
Banyak orang tua memberikan alasan bahwa dengan di masukkannya anaknya kepondok pesantren, diharapkan anaknya dapat terhindar dari pergaulan yang serba bebas sekarang ini, ilmu Sepertinya menjadi urusan kedua bagi mereka orang tua modern yang memasukkan anaknya kepesantren, Dengan kesadaran seperti ini, membuat banyak pesantren-pesantren berdiri untuk memberikan pembinaan terhadap para anak-anak yang dianggap oleh orang tuanya untuk dibina, Ini merupakan suatu kemajuan yang luar biasa bagi perkembangan syiar agama islam, kesadaran akan pentingnya berakhlak baik sudah hidup kembali ditengah-tengah masyarakat kita, salah satu faktor yang menumbuhkan kesadaran tersebut adalah dikarenakan semakin massifnya kebobrokkan aqidah dan akhlak manusia baik dikalangan pelajar.
Melihat fenomena seperti ini memunculkan pertanyaan, benarkah pesantren dapat memberikan benteng bagi para remaja dalam menghadapi kebobrokan zaman sekarang ini?. Benarkah pesantren mampu menjadi bengkel bagi orang-orang yang bobrok akhlaknya?. Benarkah guru-guru dipesantren mampu menjadi mekanik yang membenahi kerusakan yang ada pada pasiennya atau malah merusaknya lebih parah?. Ini menjadi pertanyaan besar?. Wallahu a’lam bi`ssawab.
*Staf Pengajar Pesantren Condong