Tasikmalaya- Pendidikan karakter di pesantren itu lebih baik dibanding dengan pendidikan karakter di sekolah umum. Hal itu diungkapkan Prof Dr Sofyan Sauri MPd guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Pelatihan Hypno Teaching dengan tema Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren yang diadakan di SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum, kemarin.
Pesantren menurut Sofyan, merupakan tempat pendidikan tertua yang punya banyak manfaat serta pengaruh. Kesuksesan ini terjadi mengingat pendidikan karakter yang diajarkan di pesantren benar-benar mampu dilaksanakan dengan baik. Sebagai contoh, lanjut Sofyan, nilai kedisiplinan yang ada di pesantern lebih tinggi dibanding di sekolah biasa. “Santri di pesantren disiplin dalam berbagai hal dan mereka sangat menuruti perkataan guru dan kiainya. Hal ini perlu kita pelajari dengan baik agar kita mampu menerapkan kedisiplinan di pesantren pada sekolah umum,” ungkapnya pada Radar usai kegiatan.
Dalam seminar, Sofyan mengungkapkan bagaimana cara agar nilai-nilai yang menjadi tradisi pesantren dapat dikembangkan dalam pendidikan karakter di sekolah umum. “Karakter pesantren yang cukup bagus perlu disebarkan ke masyarakat luas,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk pendidikan umum sendiri, Sofyan juga mengacungi jempol atas keberhasilan para pengajar dalam menyampaikan materi. Namun ia merasa pendidikan umum saat ini lebih menekankan pada keotakan bukan pada hati. “Siswa dijejali pengetahuan tapi hatinya kurang di manage, akibatnya lahir manusia yang memiliki kemampuan intelektual namun tidak diimbangi oleh ahlak dan budi pekerti yang luhur,” ungkapnya. Untuk mengimbangi antara kecerdasan intelektual dan ahlak, Sofyan mengaku perlu adanya kerjasama tiga pilar yang sangat penting dalam pendidikan yaitu para ulama, pemerintah dan masyarakat.
Dengan memiliki pendidikan karakter serta ahlak yang baik, Sofyan optimis pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan baik. “Pondasi dari pendidikan itu ahlak yang baik. Jika guru dan siswa bisa memiliki kepribadian yang baik, tidak akan sulit untuk meraih kesuksesan,” jelasnya.
Dalam seminar kemarin, hadir juga Kepala Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah Provinsi Jawa Barat Prof Dr Djam’an Satori MA, Dr Adnin Armas, Dr Nirwan Syafrin dan tim psikologi Grahita Indonesia.
Sementara itu, menurut Asep Ridwan SPd ketua pelaksana kegiatan mengungkapkan, seminar nasional yang dihadiri 300 orang peserta terdiri dari kepala sekolah, pimpinan pesantren, guru dan dosen tersebut bertujuan untuk memberitahu peserta cara mengajarkan pendidikan karakter yang ada di pesantren agar diterapkan di sekolah. “Tidak hanya kedisiplinan, namun dalam pendidikan di pesantren kami mendidik santri agar memiliki ahlak yang baik seperti kesopanan, kesederhanaan, kepatuhan serta yang terpenting pendidikan iman dan takwa,” pungkasnya. (rst)
Sumber: Radar Tasikmalaya
Kamis, 26 Mei 2011