PROFIL PIMPINAN PESANTREN
Nama : KH. Diding Darul Falah.
Ttl : Tasikmalaya, 12 April 1953
HP : -
HP : -
PENDIDIKAN
- MI Condong Tasikmalaya
- SMPN 1 Cibeureum Tasikmalaya
- MAN Cipasung Tasikmalaya
- Pesantren Condong Tasikmalaya
- Pesantren Cikole Garut
- Pesantren Cipasung Tasikmalaya
IDENTITAS PESANTREN
- Nama Pon-Pes Riyadlul Ulum Wadda'wah
- Alamat Komplek Pesantren Condong
- Kelurahan Setianegara
- Kecamatan Cibeureum
- Kota Tasikmalaya
- Kode Pos 46196
- Telp.(0265) 7077821 / 310919
- E-mail: pstcondong@gmail.com
- E-mail: pesantren.condong@yahoo.co.id
- Twitter: @ponpes_condong
- Facebook: Pon-Pes Riyadlul Ulum Wadda'wah
- Instagaram: pesantren_condong
- Tahun Pendirian Abad 18
- Pimpinan KH.Diding Darul Falah
VISI
Membangun insan paripurna yang berakhlakul karimah, berwawasan ilmiyah dan memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi yang dilandasi oleh ilmu amaliyah, amal ilmiyah dan motto hidup sekali hiduplah yang berarti.
MISI
- Menanamkan akidah yang kuat.
- Memiliki jiwa kesederhanaan dan kemandirian.
- Memperkuat ukhuwah islamiyah, wathoniah dan basyariah.
- Berpikir luas, kreatif dan inovatif.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran.
MOTTO
- Hidup sekali hiduplah yang berarti
- Condong berdiri diatas dan untuk semua golongan
- Ilmu amaliyah dan amal ilmiyah
PANCA JANGKA
Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok Pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah, dirumuskanlah Panca Jangka yang merupakan program kerja Pondok yang memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya pengembangan dan pemajuan tersebut. Adapun Panca Jangka itu meliputi bidang-bidang berikut :
1. Pendidikan dan Pengajaran
Maksud jangka ini adalah berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah. Usaha ini tercatat dalam sejarah perjalanan Pondok ini yang dimulai dengan pendirian Madrasah Wajib Belajar yang sekarang bertransformasi menjadi Madrasah Ibtidaiyah Condong. Lalu pada tahun 2001 didirikanlah sekolah tingkat menengah yaitu SMP Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah. Pada tahun 2004, SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum resmi berdiri sebagai pendidikan lanjutan dari sekolah lanjutan tingkat pertama. Ketiga lembaga formal ini memiliki status akreditasi A (Amat Baik) dan dalam proses pengembangan menuju Rintisan Sekolah Standar Nasional. Pada tahun 2009, didirikanlah Ma’had Aly sebagai perguruan tinggi pesantren yang menampung alumni pasca pendidikan menengah. Saat ini sedang disusun roadmap menuju pembentukan sekolah tinggi.
2. Kaderisasi
Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya pondok-pondok di tanah air, memberikan pelajaran kepada para pendiri Pondok tentang pentingnya perhatian terhadap kaderisasi. Sudah banyak riwayat tentang pondok-pondok yang maju dan terkenal pada suatu ketika, tetapi kemudian menjadi mundur dan bahkan mati setelah pendiri atau kyai pondok itu meninggal dunia. Di antara faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran ataupun matinya pondok-pondok tersebut adalah tidak adanya program kaderisasi yang baik.
Bercermin pada kenyataan ini, Pondok Pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah memberikan perhatian terhadap upaya menyiapkan kader yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Tercatat beberapa kader sedang melanjutkan pendidikan di berbagai jenjang pendidikan.
3. Pergedungan
Jangka ini memberikan perhatian kepada upaya penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para santri.
4. Chizanatullah
Di antara syarat terpenting bagi sebuah lembaga pendidikan agar tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sebuah lembaga pendidikan yang hanya menggantungkan hidupnya kepada bantuan pihak lain yang belum tentu didapat tentu tidak dapat terjamin keberlangsungan hidupnya. Bahkan hidupnya akan seperti ilalang di atas batu, “Hidup enggan, mati tak hendak”.
5. Kesejahteraan Keluarga Pondok
Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung, sehingga mereka itu tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Mereka itu hendaknya dapat memberi penghidupan kepada Pondok. Sesuai dengan semboyan : "Hidupilah Pondok dan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok".
PANCA JIWA
Seluruh kehidupan di pondok didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana yang dapat disimpulkan dalam panca jiwa.
Panca jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan di pondok condong :
Berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu,segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah lillah, kyai ikhlas mendidik dan para azatidz ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri ikhlas dididik.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis anatara kyai yang disegani dan santri yang taat,cinta dan penuh hormat dan jiwa ini menjadikan para santri senantiasa siap berjuang dijalan ALLOH dimanapun dan kapanpun.
2. Jiwa kesederhanaan
Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan, sederhana tidak berarti pasif/nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat, justru dalam jiwa kesederhanaan terdapat nilai kekuatan,kesanggupan,ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
dibalik kesederhanaan terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dalam segala keadan. Bahkan disinilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.
3. Jiwa berdikari
Berdikari/kesanggupan menolong diri sendiri merupakansenjata ampuh yang bekalkan pondok kepada santrinya,berdikari tidak saja berarti berarti santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingan sendiri,tetapi pondok itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupan kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.
Inilah zelp berdruiping system(sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai), semua pekerjaan yang ada di pondok dikerjakan oleh kyai dan para santri itu sendiri, di pondok asatidz tidak memakan gaji dari SPP santri, apa yang dibayarkan santri adalah untuk mereka sendiri, guru mendapatkan kesejahteraan sepenuhnya dari usaha pondok dalam berbagai bidang.
4. Jiwa ukhuwah diniyyah
kehidupan dipondok diliputi suasana persaudaraan , sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwah dinniyah tidak ada dinding yang dapat memisahkan anatar mereka, ukhuwah ini bukan saja ketika di pondok tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah mereka terjun di masyarakat.
5. Jiwa bebas
Bebas dalam berfikir dan berbuat,bebas dalam menentukan masa depan,bebas dalam memilih jalan hidup,bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar, bebas dalam garis-garis yang positif dengan penuh tanggung jawab baik didalam pondok maupum dalam kehidupan di masyarakat nanti.
PILAR-PILAR PERJUANGAN
Dalam menjalankan perjuangan menegakan agama ,pilar-pilar perjuangan senantiasa menjadi pegangan agar arah perjuangan tetap berada pada koridornya yang benar.
1. Keikhlasan
Pilar ini mensyaratkan setiap orang yang berjuang haruslah memurnikan niat dalam berjuang lillah bukan alat untuk mencari harta atau motivasi duniawi, yang tidak ikhlas tentu akan dengan sendirinya terpental dari pondok.
Setiap asatidz hendaklah bernaiat untuk ibadah bukan untuk mencari jam mengajar,tunjangan sertifikasi atau yang lainnya.
2. Kebersamaan
Berat sama dipikul ,ringan sama dijinjing, di pondok kyai dekat dengan santrinya dan kebersamaan menjadi landasan seluruh warga pondok dalam menjalankan roda perjuangan susah dan senang dirasakan bersama,tidak boleh ada yang senang sedangkan yang lainnya kesusahan, semuanya harus dipikul bersama.
3. Kesungguhan(mujahadah)
Setiap pekerjaan akan berhasil apabila disertai dengan kesungguhan ,setiap pekerjaan senantiasa dilaksanakan dengan penuh kesungguhan tidak boleh setengah-setengah, daripada setengah-setengah lebih baik tidak sama sekali.
4. Istiqomah
Para kyai,asatidzh insya Alloh senantiasa konsisten denga cita-cita awal dalam mendirikan pesantren yaitu mendidik kaum muda dan masyarakat melalui jalur pesantren,cita-cita ini senantiasa dievaluasi supaya tidal kelenceng dikemudian hari.
Banyak pesantren lain gulung tikar ,diman para kyainya sibuk dengan urusan politik,bisnis dll sehingga tidak fokus mengurus pondok,hal ini senantiasa dihindari oleh pesantren condong.
5. Kesabaran
Setiap perjuangan pasti ada cobaan dan tantangan, begitu juga di pondok, tetapi itu semua insya Alloh bisa terlewati dengan kesabaran yang kuat dan diatasi bersama.
SEJARAH PESANTREN CONDONG
Dalam menjalankan perjuangan menegakan agama ,pilar-pilar perjuangan senantiasa menjadi pegangan agar arah perjuangan tetap berada pada koridornya yang benar.
1. Keikhlasan
Pilar ini mensyaratkan setiap orang yang berjuang haruslah memurnikan niat dalam berjuang lillah bukan alat untuk mencari harta atau motivasi duniawi, yang tidak ikhlas tentu akan dengan sendirinya terpental dari pondok.
Setiap asatidz hendaklah bernaiat untuk ibadah bukan untuk mencari jam mengajar,tunjangan sertifikasi atau yang lainnya.
2. Kebersamaan
Berat sama dipikul ,ringan sama dijinjing, di pondok kyai dekat dengan santrinya dan kebersamaan menjadi landasan seluruh warga pondok dalam menjalankan roda perjuangan susah dan senang dirasakan bersama,tidak boleh ada yang senang sedangkan yang lainnya kesusahan, semuanya harus dipikul bersama.
3. Kesungguhan(mujahadah)
Setiap pekerjaan akan berhasil apabila disertai dengan kesungguhan ,setiap pekerjaan senantiasa dilaksanakan dengan penuh kesungguhan tidak boleh setengah-setengah, daripada setengah-setengah lebih baik tidak sama sekali.
4. Istiqomah
Para kyai,asatidzh insya Alloh senantiasa konsisten denga cita-cita awal dalam mendirikan pesantren yaitu mendidik kaum muda dan masyarakat melalui jalur pesantren,cita-cita ini senantiasa dievaluasi supaya tidal kelenceng dikemudian hari.
Banyak pesantren lain gulung tikar ,diman para kyainya sibuk dengan urusan politik,bisnis dll sehingga tidak fokus mengurus pondok,hal ini senantiasa dihindari oleh pesantren condong.
5. Kesabaran
Setiap perjuangan pasti ada cobaan dan tantangan, begitu juga di pondok, tetapi itu semua insya Alloh bisa terlewati dengan kesabaran yang kuat dan diatasi bersama.
TUJUAN
- Memberikan pendidikan islam terpadu yang berkualitas bagi umat islam di indonesia dan dunia
- Memikul tugas mulia dakwah islam bagi masyarakat dengan dilandasi nilai amar ma'ruf nahi munkar
- Memperdayakan masyarakat dalam aspek agama,ekonomi dan sosial
- Menberikan layanan kesehatan prima bagi masyarakat
- Memperkuat lini perekonomian lembaga sebagai modal awal kemandirian
- Memberikan pendidikan yang maksimal dengan menyediakan fasilitas yang memadai
- Memelihara dan memeperluas kekayaan wakaf pesantren
- Meningkatkan peran alumni untuk kemaslahatan pondok dan ummat
- Membuat sistem pengkaderan yang kuat
- Meningkatkan kualitas output lembaga pendidikan
- Menerapkan disiplin yang kokoh dalam pelayanan pendidikan
- Mengadakan penelitian dan pengembangan dalam kajian ilmiyah baik ilmu tanziliyah maupun kauniyah
SEJARAH PESANTREN CONDONG
Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah adalah merupakan Pondok Pesantren yang berlokasi di kp. Condong Cibeureum Kota Tasikmalaya, didirikan oleh K.H. Nawawi yang berasal dari kampung Sukaruas Rajapolah, yang telah mengalami 7 generasi kepemimpinan, yaitu :
- Didirikan oleh K.H. Nawawi akhir abad 17 dengan bukti sejarah adanya wakap tanah seluas 400 tumbak dari Pangeran Kornel Sumedang.
- Sepeninggal beliau perjuangannya dilanjutkan anaknya bernama K.H. Adrai.
- Berhubung K.H Adrai membuka pesantren di daerah yang lain maka pesantren ini diserahkan kepada menantunya, K.H. Hasan Muhammad.
- Sepeninggal K.H. Hasan Muhammad Pondok Pesantren ini dipimpin oleh K.H. Damiri mengingat anak laki-laki tertuanya masih kecil.
- Tatkala anak laki-laki tertua sudah besar yakni K.H. Nazmuddin, maka kepemimpinan sejak itu diserahkan kepada beliu sampai tahun 1986.
- Dari tahun 1986 sampai sekarang dipimpin adik almarhum, K.H. Ma’mun.
- Dari tahun 2014 sampai sekarang pimpinan pesantren diamanatkan kepada putra tertua Yaitu KH.Diding Darul Falah.
Pesantren ini berdiri diatas area -+ 3 hektar tanah dengan fasilitas asrama putra, asrama putri, gedung sekolah , mesjid, mushola , fasilitas olahraga, lahan perkebunan, lahan perikanan, MCK dll.
Pada awalnya pesantren ini hanya mengajarkan kitab kuning, hingga sudah banyak alumninya yang menjadi pejuang penyebar agama di berbagai daerah yang datang dari pelosok nusantara dan luar negeri (Jawa Barat, Banten, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, NTT, Singapura, Malaysia). Sehingga pada waktu kerusuhan 26 Desember 1996 di Tasikmalaya, banyak para alumni beserta jama’ahnya yang datang ke Pesantren untuk menengok ustad Mahmud Farid, putra Pimpinan Pesantren yang menjadi korban kekerasan oknum Polisi yang mengakibatkan kemarahan masyarakat luas.
Sejak tahun 1985 pondok pesantren ini sudah mulai memadukan kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum gontor, dan sejak tahun 2001 sudah memadukan dengan kurikulum pendidikan Nasional, yaitu SMP Terpadu.
Mulai 2003-2004 dibuka SMU Terpadu dengan program lanjutan dari SMA Terpadu dan Program Intensif (SMP dari luar). Sama seperti halnya SMP Terpadu, SMA Terpadu juga paduan dari kurikulum Pendidikan Nasional, Kurikulum Pondok Pesantren dan kurikulum Gontor.
CONDONG LAMA
Fase Condong lama dimulai sejak berdirinya Pondok Pesantren Condong sekitar abad ke-18 sampai dibukanya pendidikan formal di lembaga pendidikan ini. Dalam fase ini, Pesantren memberlakukan sistem pendidikan klasikal yang mengkhususkan diri pada pengajian kitab-kitab klasik ulama-ulama terdahulu. Dimulai dari dibukanya pondok oleh seorang ulama terkenal dari Rajapolah, KH. Nawawi sampai meninggalnya KH. Hasan Muhammad yang merupakan generasi keempat dari Pondok Pesantren Condong.
1. Generasi Pertama: KH. Nawawi
Kiprah Pesantren Condong dalam upaya mengembangkan masyarakat melalui pendidikan dan dakwah, diawali dari kedatangan santri bernama Anwi/Nawawi. Beliau berasal dari Sukaruas Rajapolah. Menikah dengan salah seorang puteri gurunya KH Badaruddin dari Sindangkasih bernama Nyai Latifah. KH. Badaruddin sendiri adalah seorang pendatang dari daerah Cirebon yang konon memiliki kecerdasan hafalan kitab fiqh Fathul Wahab karangan Syaikhul Islam Abi Yahya Zakaria al-Anshori.
Atas petunjuk KH. Badaruddin-lah beliau mendirikan pesantren di kampung Condong (tepatnya berada di palang pintu spoor/rel kereta api saat ini). Pada awal pendirian pesantren, beliau tidak memberikan nama untuk pesantren tersebut. Tetapi pesantren itu dikenal dengan nama kampung dimana pesantren itu berdiri, yaitu Kampung Condong. Maka pesantren tersebut oleh masyarakat dan santrinya dinamakan Pondok Pesantren Condong. Pesantren ini berdiri sekitar abad ke-18 Masehi, sebelum pembangunan spoor/rel kereta api pada pemerintahan Hindia Belanda.
KH. Anwi dikaruniai 3 orang putra yaitu KH. Adra’I (Muhammad Arif), Nyai Emehwati dan Eyang Ento. Dalam menjalankan kepemimpinan pesantren ia dibantu oleh anaknya KH. Adra’I. KH. Adra’I pernah mondok dan mendapatkan pendidikan agama di Jawa Timur tepatnya di daerah Pamekasan Madura pada seorang Kyai terkenal bernama Syaikhuna Kholil selama 4 tahun. Di pondok ini pernah mondok pendiri organisasi kemasyarakatan NU, KH. Hasyim Asy’ari. Setelah mukim beliau diberangkatkan oleh ayahnya ke tanah suci Mekkah. Di sana beliau sempat berguru kepada seorang ulama besar bernama Syaikh Ibrahim Bajuri, penulis kitab kuning klasik Bajuri, Sanusi dan Tijan. Beliau bermukim di Mekkah selama 7 tahun, dan merupakan salah seorang yang meminta tulisan risalah kepada Syaikh untuk dibawa pulang ke tanah air, seperti termaktub dalam kalimat:
طلب مني بعض الإخوان أصلح الله لي ولهم الحال والشان أن أكتب رسالة تشتمل علي صفات المولي.
Sepulang dari tanah suci Mekkah, KH. Adra’I bermukin di Pesantren Condong membantu pengabdian ayahnya.
Ketika pemerintahan Belanda membangun rel kereta api/spoor, pesantren Condong dipindahkan untuk keperluan pembangunan rel tersebut. Selanjutnya pondok tersebut berpindah ke sebuah lahan kosong berupa padang ilalang yang merupakan wakaf dari Embah Azidin seluas kurang lebih 4 ha. KH. Nawawi meninggal dunia dan dimakamkan di Gunung Suuk (daerah sekitar Lanud Wiriadinata).
2. Generasi Kedua: KH. Adra’i
Pada masa berikutnya kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya yaitu KH. Adra’I (Arif Muhammad). Dari pernikahannya yang pertama dengan Nyai Apang beliau dikarunai anak H. Shobari, Syuja’I dan Eyoh. Sepeninggal isterinya ia menikah lagi dengan Nyai Natamirah. Untuk keberlangsungan kegiatan kepesantrenan, beliau mengamanatkannya kepada menantunya KH. Hasan Muhammad dari Nagarakasih. KH. Hasan Muhammad adalah cucu dari KH. Badaruddin. Dari pernikahan kedua KH. Adra’I dikaruniai 6 oran putra dan putri yaitu: Nyai Iti, KH. Abdullah, Endun, Muhammad Toha, Nyai Enyoh dan Nyai Juwe. KH. Adra’I sendiri pindah ke Sindangmulih dengan mendirikan pesantren di tempat tersebut.
Pada masa kepemimpinan KH. Adra’I sendiri semasa hidupnya pernah diamanati Dalem Sumedang bernama Pangeran Kornel, dimana Tasikmalaya saat itu masuk wilayah Kabupaten Sumedang. Dalem Sumedang memberikan sejumlah uang sebesar 60 perak melalui KH. Jafar. Uang tersebut dibelikan sebidang tanah seluas 500 tumbuk dan diserahkan kepada KH. Adra’I. beliau wafat dan dikebumikan di Nagrog.
3.Generasi Ketiga: KH. Hasan Muhammad
Generasi ketiga kepemimpinan pesantren diamanatkan kepada KH. Hasan Muhammad yang menikahi salah seorang putri KH. Adra’I bernama Eyoh Siti Ruqoyah. Bagi KH. Hasan Muhammad, KH. Adra’I adalah guru sekaligus mertua dan masih punya hubungan kerabat dengan cicitnya KH. Badaruddin. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 8 orang putra/putri, yaitu: Nyai Diyoh, Nyai Eneh,Hj. Erum, Nyai Noneng, Nyai Mamat, KH. Najmuddin, KH. Ma’mun dan Cucu Sukmariah.
Dalam menjalankan dakwahnya, KH. Hasan Muhammad menerapkan pendekatan kultural dan berbaur dengan kebudayaan masyarakat sehingga hasilnya cukup memuaskan.
Dalam kepemimpinannya KH. Hasan Muhammad dibantu oleh KH. Syuja’I, salah seorang iparnya yang konon memiliki kecerdasan ilmu hikmah dan pernah mengenyam pendidikan agama di Mekkah selama 9 tahun. Beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman Pesantren Condong (samping Masjid Jami’).
4.Generasi Keempat: KH. Damiri
Mengingat KH. Hasan Muhammad wafat dengan meninggalkan anaknya yang masih kecil, maka kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh Thohir yang dikenal dengan nama KH. Damiri. Beliau santri yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan KH. Hasan Muhammad dan menikahi salah satu putrinya yang bernama Hj. Erum. Dari perkawinannya beliau dikaruniai 9 orang putra yaitu Aj. Muhammad Sambas, H. Yusuf Affandi (alm), Ny. Nana Nahidah (alm), Ny, Nenoh, Ny. Memoh, Ny. Idoah, Ny. Juju Juariyah, Muhammad (alm), dan H. Abdullah.
Dalam dakwahnya, KH. Damiri merupakan pelopor Madrasah Diniyah yang dikenal dengan nama Sekolah Diniyah. Dalam salah satu imtihan yang diadakan di madrasah ini pernah dihadiri oleh Bupati pertama Tasikmalaya; R.A.A Wiratanuningrat. KH. Damiri juga menerapkan metode Nadham dalam pengajaran diniah seperti dalam bidang Tauhid dan Fikih yang diambil dari intisari kitab Safitanun-Naja.
Untuk selanjutnya kepemipinan pesantren diserahkan kepada KH. Najmuddin pada tahun 1933. KH. Damiri berkonsentrasi untuk mengelola Madrasah Diniyah. Beliau wafat dan dimakamkan di Pemakanan Pesantren Condong.
CONDONG BARU
Fase Condong Baru dimulai dari diangkatnya ulama muda kharismatik KH. Najmuddin [Mama Mamu] sebagai pimpinan Pondok Pesantren Condong generasi kelima menggantikan KH. Damiri yang sebelumnya diangkat sebagai pimpinan pondok sementara. Pada fase ini, pondok mulai membuka pendidikan formal pada sistem pendidikannya dengan membuka MWB {Madrasah Wajib Belajar] yang kelanjutannya bertransformasi menjadi Madrasah Ibtidaiyah Condong. Selanjutnya pada kepemimpinan KH. Ma’mun diberlakukan sistem pendidikan terpadu dengan membuka SMP dan SMA Terpadu yang mengintegrasikan 3 sintesa kurikulum, yaitu: kurikulum Pesantren salafiyah, kurikulum Pesantren modern ala Pondok Modern Gontor dan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Di fase ini pula cita-cita pondok Pesantren untuk merintis Ma’had Aly mulai terwujud dengan dibukanya Ma’had Aly pada tahun 2009.
5.Generasi Kelima: KH. Najmuddin [1917-1986]
Dalam kepemimpinannya, KH. Najmuddin tampil sebagai ulama muda yang berusia 18 tahun. Beliau dilahirkan pada 1917. Pendidikan yang pernah ditempuhnya yaitu nyantri pada KH. Zaenal Abidin di Jamanis, Gunung Kawung Singaparna, Cisumur Garut, Sukaraja, Condong kemudian ke Pesantren Cikalang yang diasuh oleh KH. Bakri. Pendidikan yang beliau tempuh adalahForpolh. KH. Najmuddin sering dikenal dengan Mama Mamu di kalangan santrinya dan merupakan ulama yang kharismatik. Beliau banyak mencetak kader yang mengikuti jejak perjuangannya dalam mengembangkan ilmu agama dan mendirikan pesantren di berbagai daerah khususnya Jawa Barat dan sekitarnya.
KH. Najmuddin menikahi Hj. Onah Siti Ainah binti H. Abdullah yang meninggal pada tahun 1983. Pada tahun itu juga, beliau menikah lagi dengan Hj. Ai. Sayang, dari kedua isterinya beliau tidak mendapatka keturunan.
Kontribusi beliau bagi pendidikan masyarakat adalah dengan mendirikan MWB(Madrasah Wajib Belajar) dalam lingkungan pesantren guna mengimbangi pendidikan wajib belajar 6 tahun. MWB dikepalai oleh Aj. Muhammad Sambas yaitu salah satu kemenakannya. Pada selanjutnya MWB ini berkembang menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Condong. Pada masa beliau ini juga dibentuk sebuah yayasan yaitu Yayasan Tarbiyatul Islamiyah yang bertujuan untuk memperkuat kedudukan wakaf dan pengembangan pesantren dalam bidang dakwah dan pendidikan. KH. Najmuddin wafat pada tahun 1986 tepatnya 40 hari setelah reuni alumni Pesantren Condong yang pertama dalam usia 69 tahun.
6.Generasi Keenam: KH. Ma’mun [1920-2014]
Sepeninggal KH. Najmuddin pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh adiknya bernama KH. Ma’mun. Beliau merupakan pemegang amanah pesantren ke-6 dari asal pendidirinya. KH. Ma’mun lahir tahun 1920 yang menikah dengan Hj. Oyom Maryam binti KH. Dimyati pendiri Pondok Pesantren Cintapada. Beliau dikaruniai 11 orang putra dan putri yaitu: Hj. Nunung Nuroniah, Hj. Ukah Mulkah, Hj. Iin Inqiadah, KH. Diding Darul Falah, K. Ade Diar Hasani, Hj. Euis Robiatul Adawiyah, Ny. Dedeh Mahmudah, KH. Drs. Mahmud Farid, Ny. Neni Nurhamidah, Usth. Entin Suryatin, dan KH. Drs. Endang Rahmat.
KH. Ma’mun memiliki latar belakang pendidikan pesantren, di Pesantren Condong, Rawa Singaparna pada Ajengan Izuddin, Sukaraja pada Ajengan Aceng Endi, Jamanis pada KH. Zaenal Abidin (1939), Cikalang pada KH. Bakri (1941), Sumur Nangsuk Mangkubumi (1944) bertepatan dengan pemberontakan Sukamanah oleh KHZ. Musthopa). Bermukim di Pesantren Condong pada tahun 1944 yang bersama-sama dengan kakaknya mengembangkan pesantren ini. Sedangkan pendidikan formalnya ditempuh di Sekolah Forpolh, KLPSGB (1959). KH. Ma’mun diangkat menjadi guru pemerintah tahun 1960.
Kiprahnya dalam pengembangan pesantren adalah menerapkan pendidikan bahasa yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang dibantu oleh anak dan cucunya yaitu: Ustadz Drs. Mahmud Farid, Ustadz Drs. Endang Rahmat dan Ustadz Mamin.
Pada tahun 2001, Pondok Pesantren Condong menyelenggarakan pendidikan formal setingkat SMP. Selanjutnya pada tahun 2004 dibuka lembaga pendidikan tingkat SMA. Pendidikan dan pengajaran di SMP-SMA Terpadu ini merupakan perpaduan antara tiga sintesa kurikulum; yaitu, kurikulum pesantren salaf, kurikulum Pesantren modern ala Pondok Modern Darussalam Gontor Gontor dan kurikulum yang bersumber dari Departemen Pendidikan Nasional yang mengutamakan keseimbangan iman, ilmu dan amal.
Pada tahun 2009, Pondok Pesantren Condong membuka pendidikan Pesantren tingkat Ma’had Aly yang merupakan kelanjutan dari sistem pembelajaran 6 tahun di SMP-SMA Terpadu. Ma’had Aly ini didesain untuk mencetak kader-kader ulama yang bertafaquh fiddin dan siap berdakwah di masyarakat.
Dalam mengelola pesantren ini, KH. Ma’mun dibantu oleh pengasuh dan pendidikan dari berbagai latar berlakang pendidikan yang berbeda yaitu: alumni pesantren salaf, Pondok Modern Darussalam Gontor dan alumni perguruan tinggi negeri dan swasta.
Cita-cita KH. Ma’mun dalam mengembangkan pesantren ini adalah mewujudkan pendidikan pesantren sampai ke jenjang Perguruan Tinggi dan Ma’had ‘Aly secara terpadu dengan harapan alumni pesantren nantinya mampu berdakwah sesuai perkembangan zaman.
Pesantren Condong telah banyak melahirkan alumni yang berperan di masyarakat dalam berbagai profesi. Di antaranya banyak yang mengikuti jejak gurunya mendidirikan pesantren seperti Pesantren Bantagedang yaitu KH. Ruhiat dan KH. Bahrum. Pesantren di Cianjur yaitu KH. Mahmud dan KH. Asikin. Pesantren di Cimerak: KH. Yusuf. Pesantren di Cijulang dan Parigi yaitu KH. Sahlan, KH. Apuy (alm), KH. Dayat, KH. Usman. Pesantren di Purbaratu yaitu: KH. Rasyid, KHs. Asep Abdullah, KH. Mukhtar Ghazali. Pesantren di Salopa Aj. Arif. Pesantren di Cikaleker yaitu Aj. Aep. Di Cikalong yaitu KH. Hamim, KH. Oot Syahruddin. Di daerah Banjar di antaranya KH. Hasbullah (alm.), KH, Mumu, KH. Tabrani, KH. Ahmad Dimyati di Cintapada, KH. Syahiddi (alm) di Awipari. Dan alumni lainnya yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya baik dalam jajaran birkorasi maupun pengusaha.
7.Generasi Ketujuh: KH. Diding Darul Falah [2014- ....]
Sepeninggal
KH. Ma'mun pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh anak lelakinnya yang tertua bernama
KH. Diding Darul Falah. Beliau merupakan pemegang amanah pesantren ke-7 dari asal
pendidirinya. KH. Diding lahir tahun 1953 yang menikah dengan Hj. Titi St Hanah. Beliau
dikaruniai 3 orang putra dan 4 putri.
KH. Diding memiliki latar belakang pendidikan pesantren
Condong, pesantren cikole dan Pesantren Cipasung .
SUSUNAN ORGANISASI
PON-PES RIYADLUL ULUM WADDA’WAH CONDONG
Badan Wakaf
Badan
wakaf adalah badan tertinggi di pondok yang berperan sebagai lembaga
legislatif dan bersama-sama majelis kyai menentukan garis-garis
kebijakan pondok diawal tahun pelajaran,diakhir tahun ajaran badan wakaf
menerima laporan tahunan dari dewan riasah tentang prestasi pondok
selama satu tahun pelajaran,badan wakaf diambil dari internal maupun
eksternal pondok dan dipilih melalui rapat badan wakaf.
Pengurus badan wakaf :
- KH.Diding Darul Falah
- Kyai Ade Diyar Hasani
- KH.Mahmud Farid
- KH.Endang Rahmat
Majelis Kyai/Dewan Riasah
Majelis
kyai adalah lembaga tinggi di pondok yang berperan sebagai lembaga
esekutif dan pelaksana kebijakann-kebijakan pondok dan memiliki
tanggung jawab sepenuhnya terhadap jalannya roda kegiatan di pondok.
Majelis kyai/dewan riasah adalah pimpinan pondok yang bekerja dengan
sistem kolektif kolegial.
Pengurus majelis kyai/dewan riasah :
- KH.Diding Darul Falah
- Kyai Ade Diyar Hasani
Majelis Pendamping Kyai
Majelis
pendamping kyai adalah lembaga konsultatif dan kontrol setiap kebijakan
pondok, lembaga ini memberikan saran-saran kebijakan kepada Majelis kyai/dewan riasah,selain itu juga sebagai media pengkaderan pimpinan pesantren.
Pengurus majelis pendamping kyai :
- KH.Mahmud Farid
- KH.Endang Rahmat
Ketua Yayasan Tarbiyatul Islamiyah
Ketua yayasan bertugas sebagai pelaksana lapangan kebijakan pesantren.
Ketua yayasan :
- KH.Diding Darul Falah
Pimpinan Pondok Pesantren
- KH.Diding Darul Falah
- Kyai Ade Diar Hasani
Ketua STPT
- DR.Agus Mulyana,M.Hum.
Kepala SMA Terpadu
- Drs.H.Mahmud Farid,M.Pd.
Kepala SMP Terpadu
- Drs.H.Endang Rahmat
Kepala MI
- Cece Insan Kamil,S.Ag.
Ketua Komite Sekolah
- KH.Asep Abdullah
DIREKTORAT-DIREKTORAT
Direktur I Pengasuhan Santri
Direktorat ini memiliki tugas utama menjalankan kegiatan-kegiatan santri diluar kelas menaungi empat bagian : 1.bagian disiplin santri 2.bagian ekstrakurikuler 3.bagian konseling 4.bagian university center
Pengurus pengasuhan santri :
Direktorat ini memiliki tugas utama menjalankan kegiatan-kegiatan santri diluar kelas menaungi empat bagian : 1.bagian disiplin santri 2.bagian ekstrakurikuler 3.bagian konseling 4.bagian university center
Pengurus pengasuhan santri :
- Budi Syihabuddin,S.Th.I.
- H.Nurrohman,S.PdI.*
- Evi Siti Soviah, S.Pd.
Direktur II Pendidikan & Pengajaran
Direktorat ini bertugas mengelola kegiatan pesantren yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran menaungi emapt bagian : 1.bagian pengembangan kurikulum 2.bagian guru master 3.bagian pengajaran 5.bagian language advisory council.
Pengurus bagian pendidikan dan pengajaran :
Direktorat ini bertugas mengelola kegiatan pesantren yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran menaungi emapt bagian : 1.bagian pengembangan kurikulum 2.bagian guru master 3.bagian pengajaran 5.bagian language advisory council.
Pengurus bagian pendidikan dan pengajaran :
- Irwan Ridwan,S.Kom,M.Pd.*
- Moh.Syahrul Zaky Romadloni,S.Pd.
Direktur III Bahasa
Direktorat
ini bertugas mengontrol dan meningkatkan penggunaan bahasa Arab dan
Inggris dalam kehidupan santri dan lembaga mengadakan pelatihan bahasa
asing bagi santri.
Pengurus bagian Bahasa :
- Yulianti Hasani, S.Pd.I., M.Pd.I.
- Titim Siti Fatimah, S.Pd.I., M.Pd.I.*
- Ade Tita Tsamrotul Fuadah, S.Pd.
Direktur IV Administrasi Keuangan/Bendahara
Bagian ini mengelola alur keuangan pondok ditingkat pusat.
Pengurus administrasi keuangan/bendahara :
- R.Novianti,A.Md.
Direktur V Unit Usaha & Ekonomi dan Sarana
Direktotar ini memiliki tugas mengelola potensi ekonomi pondok dan pengelolaan fasilitas pondok menaungi empat bagian : 1.koperassi pondok 2.lembaga keuangan syariah 3.badan pemeliharaan dan perluasan wakaf 4.bagian pemeliharaan dan peningakatan saranal
Pengurus unit usaha,ekonomi dan sarana :
Direktotar ini memiliki tugas mengelola potensi ekonomi pondok dan pengelolaan fasilitas pondok menaungi empat bagian : 1.koperassi pondok 2.lembaga keuangan syariah 3.badan pemeliharaan dan perluasan wakaf 4.bagian pemeliharaan dan peningakatan saranal
Pengurus unit usaha,ekonomi dan sarana :
- Bambang Setiawan,SE.,ME.
- Budi Syihabudin, S.Th.I.
Direktur VI Dakwah dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat
ini memiliki tugas utama mengadakan pendidikan dan pengabdian bagi
masyarakat sekitar, diharapkan hubungan pondok dan masyarakat sekitar
menjadi harmonis dan keberadan pondok bermanfaat bagi masyarakat
menaungi tiga bagian : 1.balai kesehatan 2.lazis 3.lembaga dakwah.
Pengurus bagian dakwah dan pengabdian masyarakat :
- Asep Saepul Alam,S.Pd., M.Pd.*
Direktur VII Pusdilam dan Litbang
Direktorat
ini memiliki tugas mengembangkan budaya ilmiyah dan cinta ilmu di
lingkungan pondok dan berfungsi sebagai lembaga yang memberikan
kontribusi saran dan ide dalam pengembangan pondok.
Pengurus pusdilam dan litbang :
- Asep Munawar,S.PdI.,M.Pd.*
Direktur VIII Kaderisasi & Alumni
Direktorat ini memiliki tugas kaderisasi pondok, yang siap mewakafkan diri untuk pondok dan kordinator pondok dengan alumninya.
Pengurus kaderisasi dan alumni :
- Yan-Yan Ahmad Yani,S.Pd.
Direktur IX ICT Pesantren
Ditektorat
ini memiliki tugas mengembangkan proses pembelajaran berbasis ICT
dengan dukungan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, tenaga teknisi
ICT, dan santri.
Pengurus ICT Pesantren :
- Irfan Riswandi,S.Kom.,M.Pd.
*Jumlah Santri Pesantren Condong dari tahun ke tahun
Total Santri tahun 2014 = 1998 santri
Tahun ke
|
Tahun Pelajaran
|
Jumlah Siswa SMP - SMA
|
1
|
2001/2002
|
28
|
2
|
2002/2003
|
88
|
3
|
2003/2004
|
158
|
4
|
2004/2005
|
253
|
5
|
2005/2006
|
378
|
6
|
2006/2007
|
458
|
7
|
2007/2008
|
658
|
8
|
2008/2009
|
715
|
9
|
2009/2010
|
780
|
10
|
2010/2011
|
850
|
11
|
2011/2012
|
1134
|
12
|
2012/2013
|
1414
|
13
|
2013/2014
|
1644
|
14
|
2014/2015
|
1998
|