Kegiatan Ramadan di Pontren Condong Terhenti
CIBEUREUM – Kegiatan Ramadan di Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya tau pesantren Condong terhenti total akibat gempa Rabu (2/9) yang berkekuatan 7,3 SR. Sebab, hampir seluruh bangunan rusak. Karena itu pimpinan Pontren meliburkan lebih awal seluruh santri. Dari sebanyak 750 santri yang masih mondok sebanyak 150 orang.
Pantauan Radar kemarin menunjukkan, kerusakan terparah terjadi pada bangunan asrama putera yang hancur hampir 60 persen. Bagian yang rusak parah yaitu kanopi yang melindungi ruang MCK (mandi, cuci, kakus) asrama putera. Padahal, ruang MCK tersebut digunakan oleh seluruh santri pria. Bangunan lainnya yang rusak antara lain gedung SMP dan SMA Terpadu Riyadul Ulum Wadda’ah, gedung MI dan Masjid.
Ratusan santri telah meninggalkan pontren untuk liburan lebaran. Dari sekitar 750 orang jumlah keseluruhan santri, pada hari Kamis (3/9) kemarin hanya bersisa sekitar 150 orang yang masih tinggal di pontren.
“Dengan berbagai pertimbangan yang ada, pihak pesantren akhirnya memberi kesempatan libur lebih awal seminggu bagi seluruh santri. Kendati memang masih banyak agenda kegiatan pontren yang harus dilaksanakan. Namun, dengan peristiwa gempa ini, semua rencana kegiatan bulan Ramadan yang tersisa terpaksa harus dihentikan,” ungkap KH. Diding Darul Falah, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah kepada Radar, Kamis (3/9).
Sebelumnya, menurut Diding, kegiatan rutin bulan Ramadan sudah berlangsung dengan sangat teratur dan khusyuk. Rangkaian kegiatan Ramadan tersebut antara lain salat wajib berjamaah, wirid dan tadarrus bersama selepas salat subuh dan dzuhur, bahsul masail (tanya jawab masalah keagamaan) setiap pukul 13.00 WIB s.d.14.00 WIB, tausyiyah dan kultum sebelum berbuka puasa, buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaan, dan sorogan selepas salat tarawih. Akibat gempa, sejak Rabu (2/9), seluruh rangkaian kegiatan Ramadan itu terganggu dan terpaksa dihentikan.
Diding berharap agar bantuan logistik tetap disalurkan untuk pontren yang dipimpinnya itu. Sejauh ini, baru Departemen Sosial yang menurunkan bantuan logistik dan tenda darurat untuk korban bencana gempa di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah. Selain itu, untuk solusi jangka panjang, Diding berharap agar bantuan untuk merenovasi bangunan-bangunan pontren Riyadul Ulum Wadda’ah yang rusak segera dapat diterima oleh pihaknya. Sebab, mulai tanggal 10 Syawal nanti, para santri akan kembali belajar di pontren tersebut.
Sementara itu, dari pantauan Radar, suasana di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah saat ini sudah mulai kondusif dan tenang. Para santri, staf pengajar dan pimpinan pontren kini sudah terlihat tenang dan hanya menanti datangnya berbagai bantuan sosial. Kondisi ini sangat berlainan dengan hari Rabu (2/9) di mana rasa panik dan syok dirasakan hampir oleh seluruh penghuni pontren Riyadul Ulum Wadda’ah.
Asep Ridwan (22) staf pengajar Pontren Riyadul Ulum Wadda’ah, yang juga saksi mata kejadian runtuhnya bangunan asrama putera pontren tersebut mengatakan di asrama putera terdapat 15 orang santri putera yang tengah beristirahat. Pas kejadian, sebagian besar santri di asrama putera berloncatan dari lantai 3 gedung itu. Akibatnya, 4 orang di antaranya luka-luka. Ratusan santri perempuan malah sedang berada di gedung serba guna, hingga mereka berdesakan keluar dari gedung itu. Beruntung, gedung itu selamat dari keruntuhan,” tutur Asep.
“Hari ini (3/9) suasana pontren sudah lebih tenang. Ini karena sebagian besar teman-teman santri sudah libur dan pulang ke rumahnya. Bantuan sosial pun sudah kami terima. Padahal, tadi malam, kami semua tidak bisa istirahat dengan tenang karena masih takut ada gempa susulan,” lanjut Asep.
CIBEUREUM – Kegiatan Ramadan di Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya tau pesantren Condong terhenti total akibat gempa Rabu (2/9) yang berkekuatan 7,3 SR. Sebab, hampir seluruh bangunan rusak. Karena itu pimpinan Pontren meliburkan lebih awal seluruh santri. Dari sebanyak 750 santri yang masih mondok sebanyak 150 orang.
Pantauan Radar kemarin menunjukkan, kerusakan terparah terjadi pada bangunan asrama putera yang hancur hampir 60 persen. Bagian yang rusak parah yaitu kanopi yang melindungi ruang MCK (mandi, cuci, kakus) asrama putera. Padahal, ruang MCK tersebut digunakan oleh seluruh santri pria. Bangunan lainnya yang rusak antara lain gedung SMP dan SMA Terpadu Riyadul Ulum Wadda’ah, gedung MI dan Masjid.
Ratusan santri telah meninggalkan pontren untuk liburan lebaran. Dari sekitar 750 orang jumlah keseluruhan santri, pada hari Kamis (3/9) kemarin hanya bersisa sekitar 150 orang yang masih tinggal di pontren.
“Dengan berbagai pertimbangan yang ada, pihak pesantren akhirnya memberi kesempatan libur lebih awal seminggu bagi seluruh santri. Kendati memang masih banyak agenda kegiatan pontren yang harus dilaksanakan. Namun, dengan peristiwa gempa ini, semua rencana kegiatan bulan Ramadan yang tersisa terpaksa harus dihentikan,” ungkap KH. Diding Darul Falah, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah kepada Radar, Kamis (3/9).
Sebelumnya, menurut Diding, kegiatan rutin bulan Ramadan sudah berlangsung dengan sangat teratur dan khusyuk. Rangkaian kegiatan Ramadan tersebut antara lain salat wajib berjamaah, wirid dan tadarrus bersama selepas salat subuh dan dzuhur, bahsul masail (tanya jawab masalah keagamaan) setiap pukul 13.00 WIB s.d.14.00 WIB, tausyiyah dan kultum sebelum berbuka puasa, buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaan, dan sorogan selepas salat tarawih. Akibat gempa, sejak Rabu (2/9), seluruh rangkaian kegiatan Ramadan itu terganggu dan terpaksa dihentikan.
Diding berharap agar bantuan logistik tetap disalurkan untuk pontren yang dipimpinnya itu. Sejauh ini, baru Departemen Sosial yang menurunkan bantuan logistik dan tenda darurat untuk korban bencana gempa di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah. Selain itu, untuk solusi jangka panjang, Diding berharap agar bantuan untuk merenovasi bangunan-bangunan pontren Riyadul Ulum Wadda’ah yang rusak segera dapat diterima oleh pihaknya. Sebab, mulai tanggal 10 Syawal nanti, para santri akan kembali belajar di pontren tersebut.
Sementara itu, dari pantauan Radar, suasana di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah saat ini sudah mulai kondusif dan tenang. Para santri, staf pengajar dan pimpinan pontren kini sudah terlihat tenang dan hanya menanti datangnya berbagai bantuan sosial. Kondisi ini sangat berlainan dengan hari Rabu (2/9) di mana rasa panik dan syok dirasakan hampir oleh seluruh penghuni pontren Riyadul Ulum Wadda’ah.
Asep Ridwan (22) staf pengajar Pontren Riyadul Ulum Wadda’ah, yang juga saksi mata kejadian runtuhnya bangunan asrama putera pontren tersebut mengatakan di asrama putera terdapat 15 orang santri putera yang tengah beristirahat. Pas kejadian, sebagian besar santri di asrama putera berloncatan dari lantai 3 gedung itu. Akibatnya, 4 orang di antaranya luka-luka. Ratusan santri perempuan malah sedang berada di gedung serba guna, hingga mereka berdesakan keluar dari gedung itu. Beruntung, gedung itu selamat dari keruntuhan,” tutur Asep.
“Hari ini (3/9) suasana pontren sudah lebih tenang. Ini karena sebagian besar teman-teman santri sudah libur dan pulang ke rumahnya. Bantuan sosial pun sudah kami terima. Padahal, tadi malam, kami semua tidak bisa istirahat dengan tenang karena masih takut ada gempa susulan,” lanjut Asep.