TASIK – Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong Cibeureum Kota Tasikmalaya menggelar Pekan Literasi Pelajar 2011, kemarin. Kegiatannya; launching buku Hidup Sekali Hiduplah yang Berarti karya santri pesantren setempat, pelatihan jurnalistik dan saresehan sastra. Peserta yang ikut sebanyak 300 pelajar madrasah tsanawiah dan madrasah aliyah se-Priangan Timur.
Menurut ketua panitia Lena Sa’yati, kegiatan ini merupakan pertama kalinya diadakan oleh para santri. “Di pesantren kami ada ekstrakulikuler jurnalistik dan perkumpulan pecinta sastra yang bernama klub Mata Pena. Dengan adanya kedua ekskul ini kami memutuskan untuk mengadakan pekan literasi ini agar para santri bisa mengetahui lebih dalam tentang dunia tulis menulis,” ujar panitia ini.
Lanjut Lena, dari tahun ke tahun animo santri terhadap dunia literasi semakin meningkat. Selain bisa menerbitkan buku karya sendiri, mereka juga senang menghias mading pesantren dengan berbagai karya tulis dan kaligrafi. Ia mengaku para santri memiliki keseriusan yang tinggi untuk mempelajari karya tulis. “Santri-santri tidak pantang menyerah. Mereka semangat untuk membuat buku kehidupan pesantren. Dalam pembuatan buku ini, santri berupaya sendiri dari mulai penyusunan, penyetakan serta penerbitannya,” jelas wanita muda ini.
Sebelum menerbitkan buku, para santri di pesantren ini juga sudah sering membuat buletin dengan nama Bulu Mata. “Pekan literasi ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas menulis santri-santri. Kami sengaja mengundang Bapak M Irfan Hidayatullah dari Forum Lingkar Pena (FLP) agar bisa memberikan materi terbaik pada kami sebab FLP merupakan forum sastra terbesar di Indonesia,” jelasnya.
Lena berharap, dengan adanya buku karya para santri ini, masyarakat bisa mengetahui kehidupan pesantren yang sebenarnya. “Imej yang ada di masyarakat itu bahwa kehidupan pesantren sangat membosankan. Hanya mempelajari agama saja padahal di pesantren kami tidak hanya mempelajari agama tapi juga pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti pramuka, PMR, tata boga dan lain-lain,” katanya.
Ia juga menambahkan, dengan memiliki kemampuan literasi diharapkan santri bisa melakukan dakwah melalui tulisan. “Kami belajar untuk menuangkan inspirasi untuk berdakwah melalui tulisan,” jelas santri senior yang akrab disapa ustadzah ini.
Sumber: Radar Tasikmalaya
Senin, 14 Maret 2011